Artikel

Information and Sharing

Jurnal

Source and your own made

Creation

Task and To do list

Your Self

Show your colour to the world

Traveling

Find ypur experience in everywhere

Rabu, 22 Maret 2017

Psikoterapi dan Konseling

Ø  Pengertian Konseling
Burs & Stefflre (1979) konseling ditandai oleh adanya hubungan profesional antara konselor yang terlatih dengan klien. Hubungan ini biasanya dilakukan secara perorangan, meskipun kadang-kadang melibatkan lebih dari dua orang. Hal ini dirancang untuk membantu klien memahami dan memperjelas pandangannya tentang ruang lingkup kehidupan dan untuk belajar mencapai tujuan yang ditentukan sendiri melalui suatu yang bermakna, penilaian yang jelas dan melalui perumusan persoalan tentang emosi dan hubungan interpersonal sebenarnya,

Ø  Tujuan Konseling
1.      Menurut Willis, konseling adalah upaya bantuan yang diberikan seorang pembimbing yang terlatih dan berpengalaman, terhadap individu-individu yang membutuhkannya, agar berkembang potensinya secara optimal, mampu mengatasi masalahnya, dan mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang selalu berubah. Menurutnya, dalam era global dan pembangunan saat ini, konseling bukan saja bersifat klinis-psikologis, tapi harus lebih menekankan pada pengembangan potensi individu yang terkandung didalam dirinya, baik intelektual, afektif, sosial, emosional, dan religius; menjadikannya sebagai individu yang akan berkembang dengan nuansa yang lebih bermakna, harmonis, sosial, dan bermanfaat. Dengan demikian, ada perubahan konsepsional antara pengertian konseling lama dengan konseling baru, dimana konseling bukan saja bersifat klinis, tapi juga bersifat preventif dan pengembangan individu.
2.      Menurut Prof. Rosjidan, ada tiga kategori yang bisa dicatat dalam hubungannya dengan tujuan-tujuan sebuah konseling. Tujuan khusus ini meliputi :
-       Merubah tingkah laku yang terganggu
-       Mempelajari tingkah laku yang terganggu,
-       Mencegah problem-problem.
3.      Corey (dalam Abimanyu dan Manrihu, 1996) mengelompokan tujuan-tujuan konseling menjadi :
-       Reorganisasi kepribadian
-       Menemukan makna dalam hidup
-       Penyembuhan ganguan emosional
-       Penyesuaian terhadap masyarakat
-       Pencapaian aktualisasi (perwujudan) diri
-       Peredaan kecemasan
-       Penghapusan perilaku maladaptif (sulit untuk menyesuaikan diri)
-       Belajar pola-pola perilaku adaptif
4.      Shertzer dan stone (dalam Abimanyu dan Manrihu, 1996) membuat pengelompokan yang lebih sederhana mengenai tujuan konseling, meliputi :
-       Perubahan Perilaku
-       Kesehatan mental yang positif
-       Pemecahan masalah
-       Keefektifan pribadi
-       Pengambilan keputusa
5.      Stefflre & Grant (1972) tujuan konseling agaknya lebih terbatas [ini dihubungkan dengan tujuan psikoterapi] lebih berhubungan dangan membantu pertumbuhan dan dalam situasi sesaat, membanu seseorang agar bisa berfungsi untuk menyesuaikan diri dengan peran yang tepat.

Ø  Pengertian Psikoterapi
Dilihat secara etimologis psikoterapi mempunyai arti sederhana, yakni “psyche” yang artinya jelas yaitu “mind” atau sederhananya: jiwa dan “therapy” mengasuh, sehingga psikoterapi dalam arti sempitnya adalah “perawatan terhadap aspek kejiwaan” seseorang.

Ø  Tujuan Psikoterapi
Berikut ini akan diuraikan mengenai tujuan dari psikoterapi secara khusus dari beberapa metode dan teknik psikoterapi yang banyak peminatnya, dari dua orang tokoh yakni Ivey, et al (1987) dan Corey (1991):
1.      Tujuan psikoterapi dengan pendekatan psikodinamik, menurut Ivey, et al (1987): membuat sesuatu yang tidak sadar menjadi sesuatu yang disadari. Rekonstruksi kepribadiannya dilakukan terhadap kejadian-kejadian yang sudah lewat dan menyusun sintesis yang baru dari konflik-konflik yang lama.
2.      Tujuan psikoterapi dengan pendekatan psikoanalisi, menurut Corey (1991): membuat sesuatu yang tidak sadar menjadi sesuatu yang disadari. Membantu klien dalam menghidupkan kembali pengalaman-pengalaman yang sudah lewat dan bekerja melalui konflik-konflik yang ditekan melalui pemahaman intelektual.
3.      Tujuan psikoterapi dengan pendekatan Rogerian, terpusat pada pribadi, menurut Ivey, et al (1987): untuk memberikan jalan terhadap potensi yang dimiliki seseorang menemukan sendiri arahnya secara wajar dan menemukan dirinya sendiri yang nyata atau yang ideal dan mengeksplorasi emosi yang majemuk serta memberi jalan bagi pertumbuhannya yang unik.
4.      Tujuan psikoterapi pada pendekatan terpusat pada pribadi, menurut Corey (1991): untuk memberikan suasana aman, bebas, agar klien mengeksplorasi diri dengan enak, sehingga ia bisa mengenai hal-hal yang mencegah pertumbuhannya dan bisa mengalami aspek-aspek pada dirinya yang sebelumnya ditolak atau terhambat.
5.      Tujuan psikoterapi dengan pendekatan behavioristik, menurut Ivey, et al (1987): untuk menghilangkan kesalahan dalam belajar dan untuk mengganti dengan pola-pola perilaku yang lebih bisa menyesuaikan. Sehubung dengan terapi behavioristik ini, Ivey, et al (1987) menjelaskan mengenai tujuan pada terapi kognitif-behavioristik, yakni: menghilangkan cara berfikir yang menyalahkan diri sendiri, mengembangkan cara memandang lebih rasional dan toleran terhadap diri sendiri dan orang lain.
Corey (1991) merumuskan mengenai kognitif-behavioristik dan sekaligus rasional-emotif terapi dengan: menghilangkan cara memandang dalam kehidupan pasien yang menyalahkan diri sendiri dan membantunya memperoleh pandangan dalam hidup secara rasional dan toleran.
6.      Tujuan psikoterapi dengan metode dan teknik Gestalt, dirumuskan oleh Ivey, et al (1987): agar seseorang menyadari mengenai kehidupannya dan bertanggung jawab terhadap arah kehidupan seseorang.
Corey (1991) merumuskan tujuan terapi Gestalt: membantu klien memperoleh pemahaman mengenai saat-saat dari pengalamannya. Untuk merangsang menerima tanggung jawab dari dorongan yang ada di dunia dalamnya yang bertentangan dengan ketergantungannya terhadap dorongan-dorongan dari dunia luar

Ø  Persamaan Konseling dengan Psikoterapi
1.      Konseling dan Psikoterapi merupakan suatu usaha profesional untuk membantu/memberikan layanan pada individu-individu mengenai permasalahan yang bersifat psikologis.
2.      Konseling dan Psikoterapi bertujuan memberikan bantuan kepada klien untuk suatu perubahan tingkah (behauvioral change), kesehatan mental positif (positive mental health), pemecahan masalah (problen solution), keefektifan pribadi (personal effectiveness), dan pembuatan keputusan (decision making).
3.      Konseling dan psikoterapi membantu dan memberikan perubahan, perbaikan kepada klien (yaitu, eksplorasi-diri, pemahaman-diri, dan perubahan tindakan/perilaku) agar klien dapat sehat dan normal dalam menjalani hidup dan kehidupannya.
4.      Konseling dan psikoterapi merupakan bantuan yang diberikan dengan mencoba menghilangkan tingkah laku merusak-diri (self-defeating) pada klien.
5.      Psikoterapi maupun konseling memberikan penekanan pentingnya perkembangan dalam pembuatan keputusan dan ketrampilan dalam pembuatan rencana oleh klien.
6.      Pentingnya saling-hubungan antara klien dan psikoterapis ataupun konselor disepakati sebagai suatu bagian integral dalam proses psikoterapi maupun konseling. Jadi, inti dari konseling dan psikoterapi adalah bantuan kepada klien melalui hubungan yang bersifat positif dan membangun.
7.      Konselor sering mempraktekkan apa yang oleh psikoterapis dipandang sebagai psikoterapi dan psikoterapis sering mempraktekkan apa yang oleh konselor dipandang sebagai konseling.

Ø  Perbedaan Konseling dengan Psikoterapi
a.       Konseling
1.      Berpusat pandang masa kini dan masa yang akan datang melihat dunia klien.
2.      Klien tidak dianggap sakit mental dan hubungan antara konselor dan klien itu sebagai teman yaitu mereka bersama-sama melakukan usaha untuk tujuan-tujuan tertentu, terutama bagi orang yang ditangani tersebut.
3.      Konselor mempunyai nilai-nilai dan sebagainya, tetapi tidak akan memaksakannya kepada individu yang dibantunya konseling berpusat pada pengubahan tingkah laku, teknik-teknik yag dipakai lebih bersifat manusiawi.
4.      Konseling lebih edukatif, suportif, berorientasi sadar dan berjangka pendek.
5.      Konseling lebih terstruktur dan terarah pada tujuan yang terbatas dan konkret.

b.      Psikoterapi
1.      Berpusat pandang pada masa yang lalu-melihat masa kini individu.
2.      Klien dianggap sebagai orang sakit mental dan ahli psikoterapi (terapis) tidak akan pernah meminta orang yang ditolongnya itu untuk membantu merumuskan tujuan-tujuan,
3.      Terapis berusaha memaksakan nilai-nilai dan sebagainya itu kepada orang yang ditolongnya.
4.      Psikoterapi lebih rekonstruktif, konfrontatif, berorientasi tak sadar, dan berjangka panjang.
5.      Psikoterapi sengaja dibuat lebih ambigu dan memiliki tujuan yang berubah-ubah dan berkembang terus.




Referensi :

Gunarsa, Singgih.D. (2007). Konseling dan Psikoterapi. Jakarta : PT BPK Gunung Mulia