Jumat, 07 Agustus 2015

KREATIVITAS ANAK USIA DINI DALAM BERMAIN PLASTISIN

BAB I
PENDAHULUAN

I.1   Latar Belakang
Kreativitas merupakan salah satu faktor yang memiliki peran penting dalam kehidupan. Melalui kreativitas, anak dapat berkreasi sesuai dengan bakat ataupun kemampuannya dan dapat memecahkan suatu permasalahan serta dapat meningkatkan kualitas hidupnya di masa yang akan datang. Hurlock (1987: 6) mengungkapkan bahwa kreativitas dapat memberi anak kesenangan dan kepuasan pribadi yang sangat besar, penghargaan yang mempunyai pengaruh nyata terhadap perkembangan kepribadiannya.
Pada dasarnya anak telah mempunyai potensi kreatif dalam dirinya sejak lahir. Namun perlu adanya stimulus kembali lewat lingkungan sehingga perkembangan kreativitas dapat meningkat. Devito (Supriadi, 1994: 15) menyatakan bahwa setiap orang lahir dengan potensi kreatif walaupun tingkatnya berbeda-beda, dan dapat dikembangkan dan dipupuk. Kreativitas seorang anak berawal dari rasa ingin tahunya yang besar. Bakat kreatif tersebut dimiliki oleh semua orang tanpa terkecuali dan bakat tersebut dapat ditingkatkan jika diasah sejak dini. Namun jika bakat kreatif tersebut tidak diasah maka bakat itu tidak akan dapat berkembang bahkan akan menjadi bakat terpendam yang tidak dapat diwujudkan.
Masa anak adalah masa belajar yang potensial. Usia dini  merupakan masa yang sering disebut “golden age”. Dikatakan golden age sebab pada usia ini tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak sangat cepat. Dengan demikian pada saat inilah anak membutuhkan stimulus yang baik agar pertumbuhan dan perkembangan anak dapat berkembang sesuai dengan tahap perkembangannya. Namun, pengembangan kemampuan kreativitas anak di Indonesia masih belum optimal. Hal tersebut terbukti dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Jellen dan Urban (Supriadi, 1994: 84; Rachmawati dan Kurniati, 2005: 6) yang menunjukkan bahwa Indonesia menempati posisi terendah dibandingkan 8 negara lainnya yaitu jauh dibawah Filipina, Amerika Serikat, Inggris dan Jerman, India, Kamerun dan Zulu.
Perkembangan kreativitas pada anak akan berkembang secara optimal jika diberikan stimulus yang tepat. Setiap kegiatan anak harus dibuat menyenangkan, menarik perhatian anak, dan membuat nyaman anak agar setiap proses menjadi lebih efektif. Salah satu metode yang dapat memberikan kesenangan anak dan membuatnya menjadi kreatif adalah dengan bermain.
Bermain merupakan metode efektif untuk mengembangkan kreativitas anak (Rachmawati dan Kurniati, 2005: 55). Moeslichateon (2004: 32) mengungkapkan bahwa melalui kegiatan bermain anak dapat mengembangkan kreativitasnya yaitu melakukan kegiatan yang mengandung kelenturan, memanfaatkan imajinasi dan ekspresi diri, kegiatan-kegiatan pemecahan masalah dan lain-lain. Namun sayangnya, di zaman serba modern saat ini, anak lebih sering bermain permainan yang ada di dalam gadgetnya dibandingkan permainan membentuk sesuatu yang dapat melatih motorik anak seperti bermain lego dan lilin plastisin. Menurut sebagian anak, bermain gadget lebih menarik dan menyenangkan dibandingkan bermain lego dan lilin plastisin yang mereka anggap kuno. Padahal menurut Rachmawati dan Kurniati (2005: 90), pengembangan kreativitas dapat dilakukan melalui menciptakan produk (hasta karya) salah satunya adalah dengan media playdough.
Media playdough merupakan salah satu alat permainan edukatif karena dapat mendorong imajinasi anak (Dwirosanty, 2008). Media playdough akan membuat anak lebih suka berkreasi untuk membuat atau menciptakan benda sesuai dengan imajinasinya sehingga dapat mengembangkan kreativitasnya.
Pernyataan-pernyataan di atas dapat diperkuat dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Slamet (2009) diketahui bahwa media plastisin dapat meningkatkan kreativitas anak di TK. Sejalan dengan Slamet, Rohmah (2001) menyatakan bahwa ternyata dengan permainan edukatif (plastisin) dapat meningkatkan kreativitas anak usia dini. Plastisin merupakan media yang memiliki karakteristik yang hampir sama dengan playdough. Hanya saja tingkat elastisitas playdough sedikit berbeda dengan plastisin. Plastisin mempunyai karakter cepat mengeras dibandingkan playdough.
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di atas, maka peneliti memiliki ketertarikan untuk memilih fokus penelitian pada “Kreativitas Anak Usia Dini dalam Bermain Plastisin”.

I.2   Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : “Bagaimana kreativitas anak usai dini dalam bermain plastisin?”

I.3   Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bahwa dengan cara bermain plastisin ini dapat meningkatkan kreativitas anak.

I.4    Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dalam penelitian ini adalah :
1. Manfaat Teoritis
Bagi bidang keilmuan Pendidikan Anak Usia Dini dapat memberikan sumbangan ilmiah untuk meningkatkan kreativitas anak melalui penggunaan bermain plastisin.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi penulis, melalui penulisan ini dapat menambah pengetahuan penulis mengenai kreativitas anak usia dini dalam bermain plastisin dan dapat dikaji lebih dalam lagi.
b. Bagi anak usia dini, melalui penelitian ini, siswa dapat belajar menuangkan imajinasi sesuai dengan keingian tanpa takut salah dan dapat termotivasi dalam belajar sehingga bisa meningkatkan prestasi belajarnya secara optimal.
c. Bagi orang tua, penulisan ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sarana untuk menambah pengetahuan mengenai salah satu cara untuk mengasah kreativitas anak, yaitu dengan bermain plastisin.



BAB II
KAJIAN PUSTAKA

II.1 Kajian Teoritis
II.1.1 Konsep Kreativitas
Munandar (2012) mendefinisikan kreativitas sebagai kemampuan untuk membuat kombinasi-kombinasi baru, asosiasi baru berdasarkan bahan, informasi, data atau elemen-elemen yang sudah ada sebelumnya menjadi hal-hal yang bermakna dan bermanfaat. Sesuatu yang baru itu tidak harus baru sama sekali tetapi merupakan kombinasi dari hal-hal sebelumnya yang sudah ada. Sedangkan yang dimaksud dengan informasi, data atau elemen-elemen yang sudah ada itu adalah semua pengalaman yang telah diperoleh semasa hidupnya baik.
Munandar mengungkapkan kreativitas dalam penggunaan data dan informasi yang digunakan untuk menemukan banyak kemungkinan banyak kemungkinan jawaban dalam suatu masalah, yang ditekankan pada kuantitas, ketepatgunaan, dan keragaman jawaban. Munandar juga mengatakan bahwa kreativitas sebagai kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan, kemampuan memperinci, dan keaslian suatu gagasan atau pemikiran. Munandar (dalam Akbar-Hawadi, 2001) menguraikan ciri-ciri kognitif (aptitude) dari kreativitas, yaitu: (1) kelancaran berpikir, keterampilan dalam mencetuskan banyak gagasan; (2) keluwesan berpikir, keterampilan menghasilkan gagasan yang bervariasi; (3) keterampilan berpikir original, keterampilan dalam menghasilkan gagasan yang baru dan unik; (4) keterampilan memperinci gagasan, keterampilan dalam mengembangkan atau memperinci gagasan.
Menurut Munandar (1999: 31) perlu adanya penekanan kreativitas yang dipupuk sejak dini, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor di bawah ini :
a. Dengan berkreasi orang dapat mewujudkan dirinya.
b. Kreativitas merupakan manifestasi dari individu yang berfungsi sepenihnya.
c. Kreativitas atau berpikir kreatif sebagai suatu kemampuan untuk melihat bermacam-macam kemungkinan penyelesaian suatu masalah.
d. Bersibuk diri secara kreatif tidak hanya bermanfaat bagi diri pribadi dan lingkungannya tetapi juga memberikan kepuasan kepada individu.
e. Kreativitas memungkinkan manusia meningkatkan kualitas hidupnya secara individu serta kualitas hidup seluruh umat manusia.

II.1.2   Bermain Plastisin
Johnson (1999, dalam Tedjasaputra, 2001) mengungkapkan bahwa istilah bermain merupakan konsep yang tidak mudah untuk dijabarkan. Banyak pendapat berbeda tentang pengertian bermain. Santrock (2007) mengatakan bahwa bermain adalah aktivitas yang mennyenangkan yang dilakukan untuk bersenang-senang. Sedangkan menurut KBBI, bermain adalah melakukan kegiatan untuk menyenangkan hati, dengan menggunakan alat-alat tertentu maupun tidak.
Bermain konstruktif adalah kegiatan dimana anak mencoba untuk membangun sesuatu, seperti benteng yang dibuat dari balok atau gambar rumah yang dibuat dengan kertas dan pensil warna (Forman & Hill, 1980; Forman, 1998; Scarlet, dkk, 2005). Bahan-bahan yang digunakan untuk bermain konstruktif merupakan bahan yang dapat disatukan atau dibentuk menjadi struktur baru seperti mainan balok, mainan pipa, ataupun plastisin.
Plastisin adalah media bermain berupa adonan lunak yang mempunyai berbagai warna yang dapat dibuat menjadi berbagai bentuk sesuai dengan keinginan kita. Bermain plastisin adalah aktivitas yang mudah dan menyenangkan. Bermain plastisin dapat memberikan kesenangan dan kepuasan pada anak-anak.

II.1.3   Hubungan antara Kreativitas dengan Plastisin
Plastisin dapat meningkatkan kecerdasan gambar dan ruang sebab plastisin dapat dibuat menjadi bentuk-bentuk sesuai dengan imajinasi anak.
Menurut Teori Primary Mental Abilities yang dikemukakan oleh Thurstone dalam Yuliani Nuraini Sujiono, dkk (2008: 1.7) berpendapat bahwa kognitif merupakan penjelasan dari kemampuan primer yang salah satunya adalah pemahaman ruang (spatial factors).
Selain itu, kreativitas dapat ditingkatkan dengan cara membentuk berbagai bentuk dari plastisin karena cara berpikir anak usia dini (5-6 tahun) menurut Piaget 1972 dalam Slamet Suyanto (2008: 5) perkembangan kognitifnya sedang beralih dari fase praoperasional ke fase konkret operasional. Cara berpikir konkret berpijak pada pengalaman akan benda-benda konkret bukan berdasarkan konsep-konsep abstrak atau pengetahuan.
Menurut Ki Hajar Dewantoro 1965 dalam Slamet Suyanto (2008: 11) mengungkapkan bahwa anak usia dini belajar paling baik dengan “Indria” (indranya). Dengan menyentuh, meremas, memukul, atau memegang plastisin anak akan bisa membuat berbagai bentuk sesuai dengan imajinasinya ataupun bentuk-bentuk yang sering anak jumpai dalam kehidupan sehari-hari.


II.2   Kajian Penelitian yang Relevan
Penelitian Siti Rochayah (2012) Meningkatkan Kreativitas Anak Melalui Metode Bermain Plastisin pada Siswa Kelompok B TK Masyithoh 02 Kawunganten Cilacap Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012 dapat dilihat pada kenaikan frekuensi dan persentase yang terjadi pada kondisi awal dari 23 siswa yang kreatif hanya 3 anak (13%), pada siklus I meningkat jadi 14 anak (61%) dan pada siklus II meningkat lagi menjadi 21 anak (90%), dapat disimpulkan bahwa penelitian tersebut berhasil dengan baik.
Penelitian Leni Mushonifah (2013) Meningkatkan Kreativitas Anak Usia Dini melalui Bermain Plastisin di RA Khoirul Ummah dapat dilihat pada kenaikan frekuensi persentase yang terjadi pada kondisi awal dari 22 siswa yang kreatif hanya 10 siswa (45%). Pada siklus I meningkat jadi 14 siswa (60%) dan pada siklus II meningkat lagi menjadi 18 siswa (80%). Dapat disimpulkan bahwa penelitian tersebut berhasil dengan baik.
Penelitian Riswanti (2014) Meningkatkan Kreativitas Membentuk Melalui Bermain Plastisin pada Anak Kelompok B di TK Thawalib Lubuklinggau dapat dilihat terjadinya peningkatan frekuensi persentase yang terjadi dari 20 anak pada siklus I yang kreatif ada 12 anak (60%) kemudian pada siklus II meningkat menjadi 17 anak (85%). Dapat disimpulkan bahwa penelitian tersebut berhasil dengan baik.


II.3   Hipotesis Tindakan
Berdasarkan penjelasan di atas, maka hipotesis yang kami buat dalam penelitian ini adalah media bermain plastisin dapat meningkatkan kreativitas anak usia dini di kelompok bermain desa Cikaret, Bogor, Jawa Barat.



BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

III.1 Desain Penelitian
Pada penelitian ini peneliti akan meneliti kelompok bermain anak usia dini di desa Cikaret, Bogor Selatan, Jawa Barat dengan desain penelitian menggunakan metode eksperiment dengan desain pre-eksperiment one grup pretest posttest yaitu adanya pretest sebelum diberikan perlakuan, dengan demikian hasil perlakuan dapat diketahui lebih akurat karena dalam penelitian ini dapat membandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan (Sugiyono, 2009)

III.2 Ruang Lingkup Penelitian
III.2.1 Subjek Penelitian
Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah peserta didik di kelompok bermain anak usia dini di desa Cikaret, Bogor, Jawa Barat yang berjumlah 13 anak dengan rentang usia berkisar 4-6 tahun.
III.2.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Jl. Kapten Yusuf Gang Kesadaran RT. 002 RW. 02 desa Cikaret, Bogor Selatan, Jawa Barat yang dilaksanakan pada hari Minggu, 14 Juni 2015.

III.3 Data dan Sumber Data
III.3.1 Data
Mendapatkan informasi data penelitian langsung dari anak usia dini untuk menghasilkan data kreativitas anak-anak dalam bermain plastisin.
III.3.2 Sumber Data
Peristiwa yang dialami kelompok bermain anak usia dini dapat dijadikan sumber data dalam penelitian ini adalah proses bermain dalam upaya mengembangkan kreativitas anak usia dini melalui bermain plastisin.

III.4 Teknik Pengumpulan Data
Untuk menjawab pertanyaan penelitian, data diperoleh melalui observasi, studi pustaka dan studi dokumentasi. Peneliti mengamati aktivitas anak usia dini pada saat melakukan kegiatan membentuk plastisin yang berlangsung dari awal sampai dengan akhir dan peneliti mencatat hasil kegiatan untuk mengetahui perkembangan kreativitas anak melalui bermain plastisin. Tak lupa peneliti mendokumentasikan segala kegiatan dalam penelitian ini. Peneliti juga memperoleh data dari sumber literature yang ada kaitannya dengan penelitian kami yaitu dengan berbagai buku, jurnal-jurnal dan skripsi.

III.5 Teknik Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif dengan pendekatan kualitatif yaitu penelitian yang tidak terfokus pada angka tapi pada gambaran kejadian yang berlangsung. Menurut Arikunto (2008: 131) menyatakan bahwa penelitian tidak menitik beratkan pada angka-angka tetapi pada upaya untuk memberikan gambaran atas fenomena yang sedang berlangsung. Analisis kualitatif pada penelitian ini merupakan metode penelitian yang bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta yang sesuai dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui kreativitas pada anak usia dini.



BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

IV.1  Hasil Penelitian
Permainan plastisin sebelum penelitian dilakukan, kurang diminati oleh kelompok bermain anak usia dini di desa Cikaret. Dalam pengamatan kami, anak usia dini di desa Cikaret lebih senang bermain gadget dibandingkan bermain lilin plastisin. Hal ini terlihat ketika kami memberikan satu warna lilin plastisin di hadapan mereka, mereka terlihat bingung seolah tidak mempunyai ide untuk membentuk lilin tersebut. Kemudian kami mengambil tindakan lanjut yaitu memberikan lilin kedua yang berbeda warna kepada kelompok anak bermain usia dini di desa Cikaret. Ketika mengerjakan plastisin dua warna tersebut, masih banyak anak usia dini yang melihat serta mencontoh punya temannya. Mereka tidak punya keberanian bahkan tidak mau mencoba membentuk bentuk lain untuk menuangkan imajinasinya dalam bermain plastisin. Kami sangat menyayangkan keadaan ini.
Selanjutnya, kami menambahkan kembali satu warna kepada kelompok bermain anak usia dini tersebut. Di sini lah terlihat perbedaannya. Ketika anak usia dini menerima tiga warna, sebagian besar dari mereka lebih bisa mengeksplor ide kreatif yang mereka punya dan menuangkannya ke dalam lilin plastisin. Mereka terlihat lebih santai dan tidak takut lagi untuk bermain lilin plastisin. Bahkan, ketika kami membebaskan mereka membentuk sesuai warna yang mereka sukai, hasil bentukan mereka jauh lebih beragam dibandingkan dengan hasil karya yang warnanya kami tetapkan. Warna kesukaan ternyata memberikan ketertarikan sendiri bagi anak usia dini dalam membentuk lilin plastisin. Meskipun begitu, tetap saja masih ada beberapa anak yang masih mencontoh dan melihat karya teman-temannya.

IV.2  Pembahasan
Hasil penelitian setelah dilakukan analisis menunjukkan bahwa adanya perbedaan yang signifikan terhadap kreativitas anak usia dini saat membentuk plastisin dalam dua warna dengan tiga warna. Perbedaan yang terjadi disini adalah adanya peningkatan kreativitas anak usia dini dalam membentuk plastisin. Hal ini membuktikan bahwa kreativitas anak dapat ditingkatkan melalui metode bermain plastisin.
Dari 13 anak usia dini yang kami teliti, ketika kami memberikan dua buah plastisin dengan warna sama, hanya dua orang saja atau sekitar 15.38% yang berhasil membentuk plastisin dengan baik. Sisanya sudah bisa membentuk plastisin namun masih melihat punya temannya, masih ragu-ragu dan takut.
Sedangkan ketika kami memberikan tiga buah plastisin dengan warna sama, ada delapan anak usia dini atau 61.53% yang berhasil menyelesaikan dengan baik. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan. Di saat ini mereka telah merasa nyaman dan asik ketika membentuk plastisin tersebut. Bahkan kami cukup kaget ketika kami memberikan warna bebas kepada anak usia dini tersebut, sebagian dari mereka justru semakin asik dan bisa membentuk plastisin tersebut dengan bentuk yang baik. Berikut ini kami sajikan dalam bentuk diagram.

Grafik IV.2.1 Peningkatan Kreativitas Kelompok Bermain Anak Usia Dini Desa Cikaret

Menurut kami, adanya perbedaan tingkat kreativitas antara anak usia dini yang satu dengan yang lainnya dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal terkait dengan adanya potensi dalam diri, rasa keingintahuan, rasa ingin mencoba, dan keberanian seseorang yang mengarahkan dirinya untuk menjadi pribadi yang kreatif. Sedangkan faktor eksternal itu sendiri meliputi adanya dukungan dari lingkungan baik itu lingkungan keluarga maupun pertemanan sebab lingkungan juga mempengaruhi proses perkembangan kreativitas.



BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
V.1 Kesimpulan
Dengan demikian, berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa adanya pengaruh bermain plastisin terhadaap kreativitas anak usia dini. Hal ini dapat dilihat dengan adanya perbedaan peningkatan kreativitas yang cukup signifikan antara penggunaan platisin dua warna dengan tiga warna dalam bermain pada anak usia dini. Penggunaan plastisin tiga warna memiliki peningkatan kreativitas yang lebih tinggi daripada penggunaan plastisin dua warna. Hal ini membuktikan bahwa kreativitas anak dapat ditingkatkan melalui bermain plastisin.

V.2 Saran
Berdasarkan penelitian di atas, maka peneliti memberikan beberapa saran sebagai berikut:
1. Untuk meningkatkan kreativitas pada anak, sebaiknya anak sering diberikan waktu untuk bermain plastisin. Penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa kreativitas anak akan meningkat ketika bermain plastisin. Bagi anak, sebaiknya jangan takut untuk berekspresi saat bermain plastisin. Tuangkan saja semua bentuk yang akan dibentuk dalam bermain plastisin.
2. Bagi orang tua, pengetahuan ini dapat digunakan sebagai dasar dalam mendampingi dan memotivasi anak serta memberikan sarana untuk terus berkreasi dalam mengembangkan kreativitas anak.



DAFTAR PUSTAKA

Arikunto,S.Suhardjono,Supardi. (2008). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara
Akbar-Hawadi, R. (2001). Psikologi Perkembangan Anak. Mengenal Sifat, Bakat, dan Kemampuan Anak. Jakarta: Grasindo
Hartati, Laelun. (2011). “Pengaruh Bermain Playdough Terhadap Kreativitas Anak TK”. Jurnal Psikologi. 4 (2), 97-111.
Hurlock, Elizabeth. (1987). Perkembangan Anak Jilid II. Jakarta: Erlangga. Alih Bahasa: dr. Med. Meitasari Tjandrasa.
Munandar,U. (1999). Kreativitas dan Keberbakatan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Munandar,U. (2012). Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta
Papalia, D.E., Olds, S.W., & Feldman, R.D. (2002). A Child’s World: Infancy Through Adolescence. McGraw-Hill.
Rachmawati, Y. & Kurniati, E. (2005). Strategi Pengembangan Kreativitas Pada Anak Usia Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Prenada Media Group.
Rochayah, Siti. (2012). Meningkatkan Kreativitas Anak Melalui Metode Bermain Plastisin Pada Siswa Kelompok B TK Masyithoh 02 Kawunganten Cilacap Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012. Skripsi Sarjana dari FKIP Universitas Muhammadiyah Purwokerto: tidak diterbitkan.
Rohaeni, Renni. (2013). Peningkatan Kemampuan Kreativitas Anak Taman Kanak-Kanak Melalui Pemanfaatan Media Tanah Lempung. Skripsi Sarjana dari Universitas Pendidikan Indonesia: tidak diterbitkan.
Santrock, J.W. (2007). Perkembangan Anak: Jilid 1. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Sari, Dynna. W.P. (2013). “Pengaruh Bermain Plastisin Terhadap Kreativitas Anak Usia 5-6 Tahun Ditinjau dari Bermain Secara Individual dan Kelompok”. Jurnal Psikologi Pendidikan dan Perkembangan. 2 (3), 218-225.
Scarlett, W.G., Salonius-Pasternak, S.N.D., & Ponte, I. (2005). Children’s Play. Sage Publications, Inc. thousans Oaks.
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan “Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D”. Bandung: Alfabeta.
Supriadi, Dedi. (1994). Kreativitas, Kebudayaan dan Perkembangan IPTEK. Bandung: Alfabeta.
Tedjasaputra, M.S. (2001). Bermain, Mainan, dan Permainan untuk PAUD. Jakarta: Grasindo.



LAMPIRAN

Foto Dua Hasil Karya Anak Usia Dini Ketika Diberikan Dua Warna
         

Foto Dua Hasil Karya Anak Usia Dini Ketika Diberikan Tiga Warna
         

Foto Ketika Kegiatan Penelitian Berlangsung
             
Foto Bersama dan Hasil Karya Anak Usia Dini Sesuai dengan Warna yang Mereka Sukai
           

0 komentar:

Posting Komentar